Sebuah berita yang sangat mengharukan dan mungkin akan mengetuk pintu hati kita pada suasana hari raya kurban ini. Betapa tidak, pasangan pemulung yang bernama Maman (35) dan istrinya Yati (55) datang ke masjid Al-Ijtihad, Tebet, Jakarta Selatan untuk menyerahkan 2 ekor kambing sebagai hewan qurban.
Menurut cerita pengurus Masjid Al-Ijtihad, Selasa (23 oktober 2012) Seorang yang bernama Maman datang ke Takmir Masjid Al-Ijtihad yang berlokasi di kawasan elit Jakarta selatan ini. Tujuan kedatangannya adalah menyumbangkan 2 ekor kambing sebagai hewan qurban. Menurut Juanda, sang pengurus masjid, dia sangat terharu dan menagis menerima sumbangan kambing kurban dari orang yang berprofesi pemulung ini.
"Bawanya pakai Bajaj. Dia kasih 2 ekor kambing untuk kurban. Bicaranya tegas, justru saya yang nerima gak kuat, saya menangis" cerita Juanda. Dan yang paling mengharukan, 2 ekor kambing dari pasangan pemulung ini adalah yang paling besar diantara kambing-kambing yang lain.
Menurut Yati, dia dan suaminya pernah ditertawakan kala menceritakan niatnya untuk berqurban. Namun Yati dan Maman bergeming, mereka tetap meneruskan niatnya untuk berqurban. Dan setelah 3 tahun menabung, baru bisa berqurban tahun ini.
"Pada bilang, apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain.Tapi saya pikir sekali seumur hidup masak gak pernah qurban. Malu cuma nunggu daging qurban" cerita Yati saat ditemui wartawan.
Subhanallah, kita patut terharu dan terketuk hati kita membaca peristiwa di atas. Mereka saja yang pemulung dan dianggap masyarakat kelas bawah mampu berkurban. Padahal penghasilan mereka rata-rata Rp 25.000 per hari. Bagiamana dengan kita? Apakah kita harus kalah dengan pemulung dalam hal berqurban?
Dan saya menangkap kesan ada diantara mereka yang sebenarnya malu untuk antri pada pembagian daging. Ternyata merekapun sebenarnya memiliki keinginan untuk memberi, bukan saja menerima. Namun karena keadaan mereka sehingga terpaksa menerima belas kasihan.
Jika saja pemulung dengan susah payah menabung agar bisa berqurban, bagaimana dengan kita yang penghasilannya di atas rata-rata. Semoga berita ini bisa menjadi renungan bagi kita semua. Amiin
*Dari berbagai sumber
*Foto: www.menjelma.com
Menurut cerita pengurus Masjid Al-Ijtihad, Selasa (23 oktober 2012) Seorang yang bernama Maman datang ke Takmir Masjid Al-Ijtihad yang berlokasi di kawasan elit Jakarta selatan ini. Tujuan kedatangannya adalah menyumbangkan 2 ekor kambing sebagai hewan qurban. Menurut Juanda, sang pengurus masjid, dia sangat terharu dan menagis menerima sumbangan kambing kurban dari orang yang berprofesi pemulung ini.
"Bawanya pakai Bajaj. Dia kasih 2 ekor kambing untuk kurban. Bicaranya tegas, justru saya yang nerima gak kuat, saya menangis" cerita Juanda. Dan yang paling mengharukan, 2 ekor kambing dari pasangan pemulung ini adalah yang paling besar diantara kambing-kambing yang lain.
Menurut Yati, dia dan suaminya pernah ditertawakan kala menceritakan niatnya untuk berqurban. Namun Yati dan Maman bergeming, mereka tetap meneruskan niatnya untuk berqurban. Dan setelah 3 tahun menabung, baru bisa berqurban tahun ini.
"Pada bilang, apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain.Tapi saya pikir sekali seumur hidup masak gak pernah qurban. Malu cuma nunggu daging qurban" cerita Yati saat ditemui wartawan.
Subhanallah, kita patut terharu dan terketuk hati kita membaca peristiwa di atas. Mereka saja yang pemulung dan dianggap masyarakat kelas bawah mampu berkurban. Padahal penghasilan mereka rata-rata Rp 25.000 per hari. Bagiamana dengan kita? Apakah kita harus kalah dengan pemulung dalam hal berqurban?
Dan saya menangkap kesan ada diantara mereka yang sebenarnya malu untuk antri pada pembagian daging. Ternyata merekapun sebenarnya memiliki keinginan untuk memberi, bukan saja menerima. Namun karena keadaan mereka sehingga terpaksa menerima belas kasihan.
Jika saja pemulung dengan susah payah menabung agar bisa berqurban, bagaimana dengan kita yang penghasilannya di atas rata-rata. Semoga berita ini bisa menjadi renungan bagi kita semua. Amiin
*Dari berbagai sumber
*Foto: www.menjelma.com
0 komentar:
Posting Komentar